Saturday, May 7, 2016

CERITA INSPIRATIF

SAPU DAN PEL
Oleh : Ahmad Wafinindhom (X MIIA 2)
Pada suatu hari di sebuah rumah besar, terdapat sepasang perabotan rumah, berupa sapu dan gagang pel. “Kau memang lebih penting dibandingkan denganku,” ujar sapu.
Lalu gagang pel menjawab, “engkau ini bicara apa? Kita ini sama-sama penting. Kita sudah bersama sejak bertahun-tahun. Kita membersihkan lantai di rumah ini secara bergantian. Tiada yang lebih utama dibandingkan kita berdua.”
Namun, si sapu tetap merasa rendah. Lalu dia membantah, “bagaimana bisa!! Bahkan engkau selalu bersih setiap setelah dan sebelum igunakan, sedangkan aku hanya sebulan sekali dicuci dan dibersihkan. Itu pun jika pemilik kita mengingatnya.”
Gagang pel pun terdiam dan tak tahu harus berbicara apa. Hingga berhari-hari rumah tidak dibersihkan, karena sang pemilik pergi ke luar kota. Dan pasti lantai rumah tersebut kotor karena penuh dengan debu. Akhirnya setelah sang pemilik sampai di rumah dan beristirahat sejenak. Sang pemilik pun langsung membersihkan rumahnya, dan otomatis alat pertama yang ia pegang adalah sapu. Setelah selang beberapa lama, tibalah tugas gagang pel untuk digunakan. Lalu sang gagang pel merenung saat digunakan oleh pemiliknya. Karena teringat kata-kata si sapu kemarin.
Setelah seluruh lantai di rumah itu telah bersih, kedua alat kebersihan itu pun kembali disandingkan ke tempatnya semula, tak dipungkiri bahwa keduanya masih terlibat perselisihan. Dengan suara terbata-bata, “tidakkah engkau merasa beruntung dibandingkan aku?” lalu si sapu menanggapi kata dari gagang sapu, “apa yang kamu maksud? Bukankah engkau senantiasa bersih dan terawatt?” dan gagang pel pun menjelaskan maksud dari pertanyaannya tadi, “aku disunakan dengan begitu kasar, tubuhku digosok-gosokkan ke lantai. Aku diperas dengan kencang hingga kandungan airku sebelumnya tumpah ke ember. Tak jarang juga aku disikat, dengan benda yang sangat kasar dank eras. Hingga membuat perih seluruh tubuhku. Engkau seharusnya bersukur, karena tidak sesering aku engkau dibersihkan. Dan aku berterimakasih karenamu aku ada. Coba jika tidak ada kamu pasti pekerjaanku lebih berat.”
Sang sapu pun terharu mendengar penjelasan sang gagang pel. Tanpa mengeluarkan kata sedikitpun. Sejak saat itu, mereka bekerja dengan penuh kesungguh karena mereka telah menyasari kekurangan dan kelebihan tubuh mereka. Tak terasa tahun-demi tahun berlalu, rambut-rambut yang ada di tubuh sapu telah rontok, begitu pula sang gagang pel yang jahitan di tubuhnya telah lepas satu per satu. Namun, belum saatnya mereka berhenti.
“Ayo kawan sampai batas semampu kita. Kita harus tetap berguna,” kata sang sapu dengan penuh semangat.
“Tetap saja di dunia ini tiada yang abadi. Kalau tidak sekarang, pasti suatu saat nanti kita akan diganti dengan yang baru malah lebih modern.”

Tibalah saat waktu mengakhiri mereka. Mereka lapuk termakan usia hingga di hari mereka patah dan tak lagi berguna, rontok tak tersisa. Setidaknya mereka telah banyak bermanfaat bagi sang pemiliknya meskipun telah termakan usia.

0 comments:

Post a Comment