Tim Jurnalistik MA Mathalibul Huda

Tim Jurnalistik MA Mathalibul Huda Mlonggo tahun 2013.

Waka. Humas beri arahan bagi PMR

Drs. Kriswiyoso, Waka.Humas memberikan arahan dan tugas bagi Palang Merah Remaja (PMR) dalam acara jalan sehat pada peringatan tahun baru Hijriyah.

MA Mathalibul Huda Peringati Tahun Baru hijriyah 1435H

Kepala Madrasah, Drs.H. Sugiwanto, MM melepas rombongan jalan sehat pada peringatan tahun baru hijriyah 1 muharram 1435 H di halaman kampus MALIDA (05/11/2013).

Jurnalistik gelar Pelatihan Dasar Jurnalistik

Syaiful Mustaqim, Kontributor NU Online sedang memberikan paparan materi teknik reportase pada Pelatihan Dasar Jurnalstik (11/10/2013).

Kunjungan Jurnalistik Malida ke Suara Merdeka

Anggota Jurnalistik MA Mathalibul Huda berpose bersama di depan kantor suara merdeka, Jl. Kaligawe Semarang (18/10/2013).

Saturday, May 7, 2016

MANIS yang KU DAPAT


Oleh : Liyana Nur Rofikhoh
Kini tangisku pecah mengingat peristiwa beberapa tahun yang lalu. Ketika usiaku menginjak 7 tahun. Aku sungguh masih mengingatnya dengan jelas, meskipun peristiwa itu telah terjadi belasan tahun silam. Saat sepeninggalan ibu dan kakak perempuanku dalam kecelakaan bermotor., ayahku mengangkat seorang anak laki-laki dari jalanan yang berumur 3 tahun lebih tua dariku sebagai kakak angkatku.
Kali ini aku menangis bukan karena kembali bersedih atas sepeninggal ibu dan kakak perempuanku. Tetapi aku menangis mengingat dosa masa laluku yang selalu berbuat kejam dengan kakak angkatku. Anehnya, ia tak sedikit pun membalas menyakitiku. Ia sebenarnya menyayangiku tapi kala itu aku tak menyadarinya, aku hanya menuruti egoku.
Aku merasa tidak menginginkan Kak Alan menjadi pengganti Mbak Vera. Menurutku sosok Mbak Vera tidak dapat digantikan oleh siapa pun. Tidak ada yang bisa menggeser posisi Mbak Vera di lubuk hatiku karena aku sangat menyayanginya. Entah mengapa aku sangat tidak menyukai Kak Alan. Aku kerap kali melontarkan kata-kata kasar padanya.
Kenapa sih kamu di sini, kamu tidak selevel sama aku. Kalo bukan karena ayahku yang seorang pemilik restoran terkenal di kota ini, kamu tidak akan berada di sini. Tempat kamu masih di kolong jembatan, bentakku.
Mendengar itu, Kak Alan hanya tertunduk. Ayahku yang tak sengaja mendengar ucapanku itu seketika menghukumku. Hal itu membuatku semakin membenci sosok Kak Alan, aku merasa hidup itu tak adil untukku. Keberuntungan selalu berpihak pada Kak Alan.
Esoknya ketika ayah berangkat bekerja, kekejamanku terhadap Kak Alan semakin menjadi-jadi. Aku pun masih ingat ketika ku sambarkan pisau dapur ke tangannya, hingga darah segar mengalir membasahi lantai dan pakaiannya. Aku merasa takut saat itu, perbuatanku sangat keterlaluan. Saat itu juga Bi Inah, pembantu di rumahku menjerit histeris. Kak Alan pun dilarikan ke rumah sakit, luka goresan itu membekas dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menghilangkannya. Dan perbuatanku yang amat sadis itu membuat Kak Alan keluar dari rumah.
Pemergian kak Alan membuat kesehatan ayah menurun, membuat rasa bersalah dalam diriku menggunung. Restoran ayah tak terkendali hingga akhirnya bangkrut karena aku yang memang tak memiliki keahlian mengurusnya. Rumahku disita oleh bank, hingga membuat kami harus tunggang-langgang mencari kontrakan.
Mungkin jika Kak Alan masih bersama kami, mungkin ayah bahagia dan tak harus sakit-sakitan seperti ini,” sesalku lemah.
Dian,, kalau bisa kamu cari Kak Alan ya?” pinta ayah kepadaku sambil terbatuk-batuk. Aku sungguh tidak tega melihatnya sedemikian itu. ‘Ya, aku harus mencarinya,’ putus hatiku.
Iya yah.
Semakin lama, penyakit yang diderita ayah bertambah parah, ayah selalu menolak untuk dirawat di rumah sakit karena ia tahu bahwa keadaan ekonomi kami sangat memburuk.
"Ayah dirawat di rumah sakit aja ya biar cepat sembuh. Dian sedih melihat ayah sakit sakitan seperti ini,"  kataku. Aku sebisa mungkin menahan air mata yang telah mengambang di kelopak mataku agar tidak bergulir di pipiku.
“Tidak usah, Dian. Ayah tidak mau merepotkan kamu terus-terusan, lagi pula Ayah tau, kita tidak akan mampu menanggung biaya di rumah sakit,” begitulah ayahku menolaknya. Ayah tahu memang penghasilanku hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Sampai suatu ketika ayahku jatuh hingga tidak sadarkan diri. Tanpa berfikir panjang, aku meminta bantuan tetangga sekitar untuk membawa ayah ke rumah sakit.
Aku berjalan mondar-mandir di depan ruang tempat ayah dirawat, aku khawatir dengan keadaan ayah, hatiku menangis, takut sesuatu hal terjadi padanya.
"Bagaimana keadaan ayahku, Suster?" tanyaku pada perawat yang baru saja keluar dari ruang unit darurat. Perasaanku sunguh tak karuan.
Ayah anda mengidap penyakit kanker paru-paru.” Aku terdiam.
***
"Berapa biaya perawatan yang harus saya bayar untuk pasien yang bernama Pak Firman, Suster? Saya anak beliau," tanyaku pada petugas administrasi rumah sakit.
Maaf, Mbak. Pembayaran administrasi Pak Fiman sudah dilunasi.
Lunas?
“Iya mbak."
"Kalau boleh tahu, siapa yang berbaik hati melunasinya?" tanyaku penasaran.
"Maaf, Mbak, orang yang melunasi semua biaya perawatan pak Firman meminta kami untuk tidak memberitahukan identitasnya pada, Mbak." Aku kembali terdiam, menebak-nebak di dalam hati, siapa kiranyayang berbaik hati kepada keluargaku?
"Emm,, terimakasih atas informasinya, Sus."
Aku berjalan menuju ruang rawat ayah. Tetapi, langkah kakiku seketika terhenti tepat di depan pintu ruangan ayah. Terlihat dari kaca pintu, seorang dokter muda berparas tampan berada di samping ranjang ayah. Ia tampak akrab dengan ayah, tiba-tiba aku melihat ayah meneteskan air mata. Mengapa ayah menangis? Aku semakin penasaran dengan hal yang terjadi. Aku tidak bisa melihat air mata ayah menetes, dengan terburu-buru aku masuk ke ruangan ayah.
"Mengapa ayah menangis?"
"Dian, ternyata…." Ucap ayah dengan sendunya.
"Ternyata apa yah?"
"Ayah saya kenapa, Dok?" tanyaku pada dokter muda itu. Belum sempat dokter itu menjawab, ayah menjawab terlebih dahulu.
"Kakakmu berada di depanmu," kata ayah. Aku melihat ke arah dokter itu, apa benar dokter itu Kak Alan? Pertanyaan itu muncul di pikiranku. Mengapa baru sekarang kita bertemu? Mungkinkah seorang yang dahulu anak jalanan kini berubah menjadi dokter yang sangat tampan? Apakah dia juga yang melunasi biaya rumah sakit ayah? Aku tak  bisa berkata apa-apa, aku hanya bisa menangis setelah ia memperlihatkan segala bukti untuk membuatku percaya kalau dia benar-benar Kak Alan yang aku usir belasan tahun lalu. Bukti yang paling membuatku semakin yakin adalah ketika ia memperlihatkan goresan di tangannya sebelah kanan yang dahulu aku sambar dengan pisau.
“Ah, Kak Alan, ku tusukkan pisau di tanganmu. Tapi mengapa manis yang ku dapat?” desahku dengan deraian air mata.


EKSTRAKULIKULER REBANA HABSYI, AJAK PARA SISWA BERSHOLAWAT, 2016


Jumat(4/3), di Aula MA Mathalibul Huda Mlonggo terdapat kegiatan rutinan bersolawat bersama rebana habsyi, kegiatan ini diikuti oleh beberapa siswa-siswi dari berbagai kelas dan para personel rebana itu sendiri. “Bapak anjurkan bagi siswa-siswi untuk mengikuti acara rutinan setiap selapan pisan (Jumat pon), untuk bershalawat di Aula Madrasah sesudah Shalat Jumat,” tutur Drs. Sutarlim di suatu pembelajaran.
Kegiatan bersolawat yang dimulai dari pukul satu sampai selesai ini berjalan dengan hidmat dan lancar. Tujuan dari kegiatan ini adalah  mensyiarkan shalawat dan  mengingat Rasulullah SAW. Adapun bacaan shalawat yang dibaca adalah barzanzi Syimtu Durror yang dibacakan oleh singer dari rebana habsyi yaitu M. Zufar Chilmi Assyam, Amaylia Dwi Silviani, Bapak Drs. Sutarlim(Pembina ekstra) dan salah satu siswi selain anggota dari personel rebana. Acara ini di akhiri dengan suguhan makanan sederhana dari para personel rebana yang sebelumnya telah menyiapkan beberapa suguhan sebelum acara, adapun para personel rebana habsyi terdari dari 16 personel yaitu, 4 singer, satu Chalti, satu Tam, satu Bass, dan satu Tamborine.

“Kami para personel Rebana Habsyi berharap bisa Go Provinsi, karena para personel kami banyak yang memang benar-benar seorang pemain di desanya dan memiliki talenta yang baik. Semoga saja,” tutur Alvina Dewi Sundari yang juga termasuk salah satu singer dari Rebana Habsyi. Ia juga mengatakan bahwa baru-baru ini Rebana Habsyi disibukkan dengan jadwal tampil di berbagai acara selain latihan rutinan setiap hari Jumat pukul 8 pagi. Rebana Habsyi juga sudah memiliki berbagai prestasi misalnya, pernah menjadi Juara 2 Edufest UNISNU 2015, menjadi bintang tamu MTQ/MHQ kabupaten Jepara 2015, dan berbagai prestasi lainnya.

LAKSANA MALIDA, MENGGILA SEMANGATNYA, 2016



Baru-baru ini telah berlangsung kegiatan Perkemahan dan Bakti Sosial Pelantikan Penegak Laksana, yaitu tingkatan syarat-syarat kecakapan umum kedua dalam satuan pramuka penegak setelah penegak bantara. Kegiatan laksana kali ini merupakan kegiatan pelantikan penegak laksana yang kedua dalam sejarah berdirinya MA Mathalibul Huda selang beberapa tahun yang lalu. Kegiatan yang berslogan “Pramuka kuwi happy” ini berlangsung selama empat hari, mulai hari Sabtu sampai Selasa, 12-15 Maret 2016 dan diikuti kurang lebih 50 peserta baik dari kelas sepuluh maupun kelas sebelas yang telah memenuhi persyaratan serta di handel oleh sekitar 20 panitia alumni dari MA sendiri.  
Kreatifitas dan kegilaan semangat para peserta berbaur rapi menyelimuti suasana perkemahan, ditambah lagi kegiatan ini dilaksanakan di dua tempat camp yang berbeda. Camp pertama di Desa Puring tepatnya di rumah Bapak Maswan sekaligus menjadi tempat sekretariat panitia, dan juga di sekitarnya menjadi tempat pendirian tenda para peserta. Perjalanan menuju camp pertama ini ditempuh kurang lebih selama tiga jam dengan berjalan kaki (racing) melewati hutan, sawah dan pemukiman penduduk.
Selanjutnya camp kedua berada di Desa Jerukwangi tepatnya di rumah Bp. Thoyyibin selaku pembina pramuka MA Malida. Para peserta melakukan racing yang kedua untuk menuju camp ini, racing kali ini berbeda dengan racing pertama karena peserta harus membawa seluruh peralatan individu dan peralatan sangga yang cukup berat ditambah lagi dengan sinar matahari yang menyengat kulit dan rute yang lumayan terjal memicu rasa lelah dan pegal di seluruh badan. Namun, banyak hal yang berkesan selama di perjalanan, jiwa korsa dan non apatisme secara tidak langsung diuji oleh alam yang seakan menyatu saat itu. Selain hanya berjalan kaki dan bernyanyi, para peserta juga diharuskan untuk mengamati potensi wilayah tersebut sebagai bahan presentasi nantinya.
Selain kegiatan racing, kegiatan lainnya juga tak kalah seru dan gila semangatnya. Misalnya kegiatan lomba yel-yel dan LBB,  outbond kering dan basah, penyulutan api dharsa dharma pramuka, penyerahan bibit tanaman kepada warga, jogging dan senam bersama, kegiatan memasak yang digilir, dan masih banyak lagi keseruan dan kegilaan semangat para peserta laksana. Tentu tak luput dari pengawasan dan bimbingan kakak-kakak panitia.
Outbond kali ini dilaksanakan di tepi sungai tak jauh dari camp peserta, dalam outbond ini para peserta ditanamkan jiwa kekompakan, kerjasama, dan kedisiplinan. Pada dasarnya kegiatan perkemahan dan bhakti sosial pelantikan penegak laksana ini bertujuan untuk membentuk karakter dan mental para peserta, dengan kenaikan tingkatan penegak dari bantara menuju laksana diharapkan para peserta dapat menjadi laksana yang sebenarnya yaitu mampu melaksanakan apa yang benar, mampu berdiri tegak, mandiri, dan berjiwa korsa yang tinggi.
Pada periode Dewan Ambalan 2015/2016 ini mampu melangkah lebih jauh pada kegiatan penegak laksana, pada tahun sebelumnya kegiatan pelantikan penegak hanya sampai pada tingkatan bantara karena disebabkan beberapa faktor, misalya waktu yang sangat terbatas untuk membahas dan merancang proposal kegiatan, adanya persiapan lomba-lomba kepramukaan lainya, serta tugas-tugas mata pelajaran oleh masing-masing anggota.

 “Kreatif, gila, happy”, tutur Kak Muhammad Rendi selaku ketua panitia kegiatan tersebut, membuktikan bahwa perkemahan pelantikan laksana tahun ini dirasa lebih sukses dan amat berkesan di benak dan hati para peserta juga panitia. Berbagai macam renungan tentang nilai-nilai moral kehidupan yang dituangkan kakak-kakak panitia yang akan membekas di benak para peserta, pengalaman juga karakter yang lebih baik terbangun seiring dengan berjalannya kegiatan.
                                                                               Disusun oleh : Nurul Munzayanah

LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN (LDK) SUKSESKAN ANAK MALIDA, 2016


LDK menjadi suatu kegiatan yang bermanfaat bagi anak-anak Malida. Tepat pada hari Sabtu 05 Maret 2016 di mulailah kegiatan LDK Osis pukul 07.30 WIB dan berakhir pada hari Ahad 06 Maret 2016 pukul 10.00 WIB. Kegiatan ini di buka di Gedung NU dengan sambutan dari kepala Madrasah Aliyah Mathalibul Huda Mlonggo Bapak Drs. H. Sugiwanto, MM,.
Acara yang di ikuti oleh ketua kelas atau perwakilan dari setiap kelas, perwakilan dari ekstrakulikuler serta pengurus osis ini berjalan dengan lancar, baik dan juga sukses. Pelaksanaan LDK tahun ini di persiapkan jauh jauh hari agar dapat terlaksana dan tidak tertunda seperti tahun kemarin yang sempat tertunda karena ada beberapa kendala, salah satunya adaah ujian kelas 12.
Adapun persiapan yang di persiapkan paling utama adalah mental dari peserta. Untuk tekhnisnya panitia LDK hanya menggunakan bahan dan peralatan seadanya.
Dalam suatu kegiatan pasti ada sesuatu kendala, yang salah satu menjadi kendala pada kegiatan ini adalah dari peserta, peserta yang di perkirakan ikut ada 60 peserta, tetapi pada kenyataannya hanya ada sebagian saja peserta yang mengikuti kegiatan LDK yang sangat bermanfaat ini. “Insya Allah apabila tahun depan ada kegiatan LDK saya akan mengikutinya lagi”. Kata M. Zulfar Chilmi salah satu peserta LDK perwakilan dari kelas X IIS 5.
Kali ini kegiatan LDK juga di meriahkan oleh REBANA HABSYI dari MA Mathalibul Huda Mlonggo. Selain itu, dalam acara ini peserta juga mendapatkan materi dan pengetahuan dari beberapa pemateri, salah satunya adalah kakak Tahiyatur Ratih seorang motivator asli dari Ngawi, Jawa Timur.
“ Untuk kedepannya LDK akan menjadi kegiatan rutinan setiap tahun. Dan dengan adanya LDK ini  saya berharap anak Malida mempunyai jiwa pemimpin yang baik dalam berorganisasi”. Harapan M. Luthfi Azmal selaku ketua panitia LDK OSIS periode 2015 – 2016.

Disusun oleh : Eka Nur Safitri (XI IIS 2)

CERITA INSPIRATIF

SAPU DAN PEL
Oleh : Ahmad Wafinindhom (X MIIA 2)
Pada suatu hari di sebuah rumah besar, terdapat sepasang perabotan rumah, berupa sapu dan gagang pel. “Kau memang lebih penting dibandingkan denganku,” ujar sapu.
Lalu gagang pel menjawab, “engkau ini bicara apa? Kita ini sama-sama penting. Kita sudah bersama sejak bertahun-tahun. Kita membersihkan lantai di rumah ini secara bergantian. Tiada yang lebih utama dibandingkan kita berdua.”
Namun, si sapu tetap merasa rendah. Lalu dia membantah, “bagaimana bisa!! Bahkan engkau selalu bersih setiap setelah dan sebelum igunakan, sedangkan aku hanya sebulan sekali dicuci dan dibersihkan. Itu pun jika pemilik kita mengingatnya.”
Gagang pel pun terdiam dan tak tahu harus berbicara apa. Hingga berhari-hari rumah tidak dibersihkan, karena sang pemilik pergi ke luar kota. Dan pasti lantai rumah tersebut kotor karena penuh dengan debu. Akhirnya setelah sang pemilik sampai di rumah dan beristirahat sejenak. Sang pemilik pun langsung membersihkan rumahnya, dan otomatis alat pertama yang ia pegang adalah sapu. Setelah selang beberapa lama, tibalah tugas gagang pel untuk digunakan. Lalu sang gagang pel merenung saat digunakan oleh pemiliknya. Karena teringat kata-kata si sapu kemarin.
Setelah seluruh lantai di rumah itu telah bersih, kedua alat kebersihan itu pun kembali disandingkan ke tempatnya semula, tak dipungkiri bahwa keduanya masih terlibat perselisihan. Dengan suara terbata-bata, “tidakkah engkau merasa beruntung dibandingkan aku?” lalu si sapu menanggapi kata dari gagang sapu, “apa yang kamu maksud? Bukankah engkau senantiasa bersih dan terawatt?” dan gagang pel pun menjelaskan maksud dari pertanyaannya tadi, “aku disunakan dengan begitu kasar, tubuhku digosok-gosokkan ke lantai. Aku diperas dengan kencang hingga kandungan airku sebelumnya tumpah ke ember. Tak jarang juga aku disikat, dengan benda yang sangat kasar dank eras. Hingga membuat perih seluruh tubuhku. Engkau seharusnya bersukur, karena tidak sesering aku engkau dibersihkan. Dan aku berterimakasih karenamu aku ada. Coba jika tidak ada kamu pasti pekerjaanku lebih berat.”
Sang sapu pun terharu mendengar penjelasan sang gagang pel. Tanpa mengeluarkan kata sedikitpun. Sejak saat itu, mereka bekerja dengan penuh kesungguh karena mereka telah menyasari kekurangan dan kelebihan tubuh mereka. Tak terasa tahun-demi tahun berlalu, rambut-rambut yang ada di tubuh sapu telah rontok, begitu pula sang gagang pel yang jahitan di tubuhnya telah lepas satu per satu. Namun, belum saatnya mereka berhenti.
“Ayo kawan sampai batas semampu kita. Kita harus tetap berguna,” kata sang sapu dengan penuh semangat.
“Tetap saja di dunia ini tiada yang abadi. Kalau tidak sekarang, pasti suatu saat nanti kita akan diganti dengan yang baru malah lebih modern.”

Tibalah saat waktu mengakhiri mereka. Mereka lapuk termakan usia hingga di hari mereka patah dan tak lagi berguna, rontok tak tersisa. Setidaknya mereka telah banyak bermanfaat bagi sang pemiliknya meskipun telah termakan usia.

Kunjungan Siswa Malida, Festival Kartini IV, 2016


Senin(18/04), 6 anak perwakilan dari madrasah mengadakan kunjungan ke pameran festival kartini IV di alun-alun Jepara, guna melihat kondisi dari pemeran tersebut. Berdasarkan wawancara yang telah kami peroleh, terdapat lebih dari 100 stand dari beberapa delegasi. Pameran kali ini berbeda dari pemeran tahun sebelumnya, yaitu berskala Nasional atau diikuti oleh 34 Provinsi, beberapa stand juga berasal dari wilayah Jepara dan delegasi sekolah tertentu, juga mendatangkan kementrian kebudayaan dan pariwisata. Festival ini berlangsung dari hari Sabtu, 16 April 2016 mulai pukul 08.30 WIB sampai hari Senin, 18 April 2016 dengan penutupan pada malam hari pukul 09.00 WIB.
Harlah Jepara ke 467 dan kartini ini semakin meriah dengan berbagai stand yang telah disuguhkan khusus untuk mensosialisasikan potensi Nasional yang ada. Dari provinsi Jepara sendiri menampilkan beberapa stand dari 16 kecamatan, yang terdiri dari beberapa organisasi semisal KWT(Kelompok Tani Wanita), Batik Asli Jepara, beberapa Ukiran dan kerajinan dari kawak, Nahdlatul Ulama dan sebagainya, dari delegasi sekolahan juga menampilkan beberapa stand sesuai dengan jurusan yang ada di sekolahan tersebut, misalnya SMK Bhakti Praja yang menampilkan robotic dan motor rakitan, SMK N 1 Jepara dengan perikanan dan olahan makanannya, dan sebagainya.
Dari provinsi yang lain, semisal dari Provinsi Papua Barat yang menampilkan beberapa kain tenun khas dari daerahnya, makanan khas, dan beberapa kerajinan rumah adat Papua Barat yaitu kaki seribu, dari Papua sendiri membawa beberapa obat dari daerahnya semisal sarang semut, sari buah merah yang berkhasiat mengobati berbagai macam penyakit, dari Sumatera Utara menampilkan beberapa kain songket khas Pulau Toba yang terbuat dari benang sutra dan katun, dan beberapa makanan khas dari daerahnya.
Dari berbagai stand dari berbagai provinsi tersebut, pada hari terakhir festival terlihat ada yang sudah tutup atau buka lebih lambat, karena dari beragai provinsi lebih memilih untuk menikmati jalan-jalan di sekitar Jepara, dan menikmati beberapa wisata di Jepara, beberapa dari mereka merasa kagum dengan potensi Jepara yang ada.

Thursday, March 10, 2016

artikel

GERAKAN REVOLUSI MENTAL
Oleh : Nasyatal Ula Hawa Hazuwa
Revolusi mental merupakan gerakan seluruh rakyat Indonesia bersama pemerintah sebagai pelopor, untuk memperbaiki karakter bangsa menjadi Indonesia yang lebih baik. Telah kita ketahui bahwasanya baru baru ini di Negara kita banyak permasalahan yang terjadi mengenai Revolusi mental itu sendiri mulai dari rakusnya pejabat yang memperkaya dirinya sendiri, banyaknya pelanggaran HAM, hingga perilaku sehari-hari di dalam kehidupan bermasyarakat seperi, kurang peduli terhadap hak dan kesulitan orang lain, tidak mau antre, tidak mau menjaga kebersihan atau bahkan menganggap pemerintah kurang memperhatikan rakyat padahal tidak mudah membangun suatu Negara yang adil dan makmur.
Namun, dengan adanya gerakan nasional revolusi mental ini, harapan presiden kita Joko Widodo dapat terealisasikan jika semua masyarakat mau ikut andil dalam pembangunan jiwa yang merdeka, maksudnya di sini adalah bebas dari pengaruh budaya atau pemikiran luar yang akan merubah atau mengancam ideology maupun social budaya masyarakat. Sebenarnya perilaku dapat diubah dengan mental dan karakter dapat dibangun dengan kemauan dan kesungguhan, yang demikian itu butuh kesinambungan antara manusia dengan kemauan juga moralnya.
Revolusi mental bukanlah pilihan, tetapi suatu keharusan bagi bangsa kita agar kita dapat berdiri sendiri atau mandiri, bahkan sejajar dengan bangsa bangsa lainnya yang sudah maju. Maka tidak salah jika presiden Joko Widodo memperingatkan kembali perihal revolosi mental yang pernah diungkapkan oleh presiden Soekarno pada pidatonya di hari kemerdekaan Negara kita tahun 1956 yang berbunyi, “Revolusi mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru yang berhati putih berkemauan baja bersemangat elang rajawali berjiwa api yang menyala nyala.”
Dalam membangun jiwa yang merdeka membutuhkan rasa welas asih, pantang menyerah, dan selalu bersemangat menjalankan kebaikan untuk kehidupan yang akan datang agar kita mampu merubah cara pandang, pikiran, sikap, maupun perilaku kita dalam menanggapi kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi dan hal hal yang bersifat modern lainnya, sehingga Indonesia kita menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan Negara Negara maju lainnya
“Cintailah negrerimu sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri maka bangunlah negerimu sebagaimana kamu mengejar cita citamu untuk keselarasan kehidupanmu di masa yang akan datang Salam revolusi mental.”